Humas pemerintah atau pranata humas adalah salah satu instrumen strategis dalam pemerintahan. Disebut strategis karena humas pemerintah berperan besar dalam membentuk citra, meningkatkan citra dan memelihara citra.
Citra tak bisa dilepaskan dari reputasi. Keduanya tidak berdiri sendiri. Bahkan saling bertautan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya selalu bersama, tak terpisahkan. Jika citra berbicara tentang kesan publik terhadap kinerja pemerintah, maka reputasi adalah rekam jejak pemerintah yang telah terbangun bertahun-tahun.
Membangun citra tak mudah, apalagi membangun reputasi. Namun, keduanya bisa hancur hanya dalam sekejap jika pemerintah tidak memiliki humas yang andal dalam menyiapkan strategi komunikasi, karena komunikasi memegang peran kunci dalam pemerintahan.
Tanpa strategi dan manajemen komunikasi yang baik, mustahil humas dapat melakoni tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembentuk citra dan penjaga reputasi positif pemerintah. Hal ini akan berdampak pada semakin terbukanya potensi terjadinya “tsunami” informasi, yaitu gelombang raksasa informasi yang datang menghempas masuk ke gadget dengan berbagai penawaran menarik untuk diikuti, diperhatikan atau sekadar dilihat.
Tsunami informasi yang menderas dalam kehidupan sehari-hari, telah menyebabkan banyak orang gagal membedakan mana fakta dan mana fiktif. Kegagalan itu seringkali menimbulkan kegaduhan sehingga berimbas pada realitas sosial yang serba timpang.
Jika “tsunami” informasi tak dapat dicegah, maka jangan heran berita hoaks, kabar palsu serta informasi menyesatkan akan semakin masif memengaruhi publik, sehingga “tsunami” informasi yang terus terjadi perlahan dan pasti akan berubah menjadi sebuah kebenaran. Tentu ini akan berbahaya bagi eksistensi sebuah pemerintahan.
Nah, peran humas pemerintah sangat krusial dalam menangkal “tsunami” informasi yang ada. Tanpa strategi dan manajemen komunikasi yang baik dan konseptual, maka humas akan menjadi bisu, tuli dan buta.
Humas pemerintah memegang peranan penting dalam upaya membentuk citra, meningkatkan citra dan menjaga citra pemerintah. Dalam buku saya berjudul “Siapa Humas? Mengenal Ujung Tombak Komunikasi”, saya menginginkan ada pemberian rating “Bintang Lima” kepada humas pemerintah dengan mengadopsi pemberian rating kepada pengemudi berbasis aplikasi, seperti aplikasi Grab atau Gojek, sehingga humas pemerintah di semua level dapat berkontribusi sebagai pembentuk dan penjaga citra pemerintah meliputi:
Humas harus memberikan informasi cepat, valid dan terkonfirmasi
Humas wajib menjaga hubungan baik dengan stakeholder
Ikut organisasi profesi humas
Humas harus terus belajar
Humas harus menerima tantangan melalui kompetisi
Dengan upaya tersebut, mulai dari memberikan informasi yang cepat, valid dan terkonfirmasi, menjaga hubungan baik dengan stakeholder, mengikuti organisasi profesi, terus belajar serta menerima tantangan melalui kompetisi, maka diharapkan humas akan mendapatkan rating bintang lima dari para stakeholder.
(Insight from: Thoriq Ramadani, S.I.Kom, M.Tr.A.P., ketua umum IPRAHUMAS)