Mengapa Christiano Ronaldo dan Lionel Messi disebut pemain sepak bola profesional yang memiliki bayaran tidak tanggung-tanggung? Karena apabila mereka diturunkan untuk bertanding memperkuat tim masing-masing selalu bisa menciptakan gol atau paling tidak menciptakan asist dengan memberikan peluang mencetak gol kepada pemain lain yang satu tim.
Karena seseorang yang disebut profesional adalah orang yang mampu atau kompeten memberikan kontribusi yang relevan berdasarkan bidang profesionalitas masing-masing dan orang tersebut dibayar secara tingkat profesionalitasnya. Itulah profesionalisme.
Jadi, ketika seseorang dikatakan profesional, maksudnya adalah apabila seseorang tersebut mampu memberikan kontribusi kepada organisasi di mana ia bekerja. Dirinya akan memperoleh pendapatan yang besar yang selaras dengan kontribusi yang diberikan dan diakui oleh masyarakat luas.
Jadi, ketika perusahaan tempat kita bekerja tidak menghargai kontribusi kita, sebagai profesional kita dapat dengan mudah keluar dari perusahaan itu karena banyak sekali perusahaan di luar sana yang ingin menerima kita dengan profesionalitas yang kita miliki yang dapat berkontribusi terhadap organisasi di mana pun kita bekerja.
Tidak jauh berbeda dengan public relations (PR), kalau kita memang menjadi seorang PR profesional, maka yang dilihat oleh perusahaan dan masyarakat adalah kontribusi kita yang semakin besar. Jadi, bila kita menyatakan diri sebagai seorang profesional dan sudah memegang sertifikasi, tetapi tidak berkontribusi terhadap perusahaan, maka kompetensi yang dimiliki tidak bisa dibuktikan.
PR adalah salah satu profesi terbuka, karena siapa pun bisa masuk ke dunia PR, apakah dia seorang ahli hukum, dokter, engineer dan sebagainya. Namun mereka yang sejak kuliah sudah mengambil jurusan komunikasi tentu berbeda karena sudah memiliki kompetensi di bidang PR dan tinggal meningkatkan semangat untuk meningkatkan profesionalisme sebagai PR.
Kompetensi adalah sebuah karakteristik dari seseorang yang membuat dia mampu untuk membuktikan hasil kerjanya itu superior. Jadi, orang-orang yang memiliki kompetensi akan mampu men-delivery pekerjaannya supaya tetap berkualitas. Dengan kata lain, orang yang berkompeten adalah orang yang menjadi leader dalam bidangnya.
Kompetensi memiliki tiga pendukung, yaitu pengetahuan yang dimiliki, keterampilan dalam mengimplementasikan pengetahuan yang dimiliki tersebut dan passion atau attitude sikap terhadap pekerjaan dengan pengetahuan baru yang diperoleh yang dapat dibentuk dengan kebiasaan atau behavior.
Seorang PR selain harus memiliki kompetensi yang cukup, juga harus memiliki semangat kompetisi yang tinggi. PR yang profesional haruslah memiliki semangat untuk menjadi yang terbaik atau salah satu yang terbaik dalam sikap kompetisinya. Oleh karena itu, seorang PR harus punya kompetensi yang cukup untuk mewujudkannya. Tanpa kompetensi, apapun yang kita hadapi dalam kompetisi kita tidak bisa berada di depan, sebab dunia PR adalah dunia yang penuh dengan kompetisi.
Untuk itu, seorang PR profesional harus selalu membentuk behave atau sikap attitude-nya sebagai seorang PR, karena kalau tidak maka ia akan disalip oleh orang lain. Kompetisi di dunia PR Itu sangat besar karena siapapun bisa ke situ. Belum lagi tantangan dari teknologi komunikasi di mana banyak pekerjaan PR sekarang yang sudah hilang. Misalnya, dulu pekerjaan PR hanya fokus berdiskusi soal press rilis, sekarang untuk pembuatan press rilis bisa dilakukan dengan Twitter saja dengan kalimat-kalimat yang singkat.
Seorang PR profesional harus siap untuk selalu berubah. Apa yang ada harus selalu kita pelajari, seperti teknologi komunikasi yang terus berkembang, contohnya artificial intellegence (AI) yang bisa menulis artikel yang jauh lebih akurat dari apa yang ditulis para wartawan. Tantangan-tantangan di dunia PR akan selalu ada dan seorang PR profesional menyadari betul bahwa di setiap tantangan pasti akan selalu ada peluang. Untuk menghadapinya dan mampu meraih peluang, maka penting sekali untuk membangun kebiasaaan sebagai seorang PR sedini mungkin,
Apakah kebiasaan seorang PR itu? Berikut merupakan kebiasaan baik yang bermanfaat membangun sikap kita sebagai seorang PR, yaitu:
- Listening
Seorang PR harus mendengar, tujuannya untuk mereplay/membalas. Di dalam dunia PR tujuan kita mendengar adalah untuk mengerti pada audiens kita, kepada apa yang disampaikan oleh audiens kita.
- Understanding
Seorang PR memiliki fungsi sebagai komunikator yang berbicara. Tujuan understanding setelah kita listening apa yang disampaikan audiens adalah supaya kita bisa respons. Jangan biarkan orang lain yang merespon, melainkan PR lah yang harus merespon. Oleh karena itu, PR bukanlah media, karena media hanyalah bagian kecil dari PR.
- Critical Thinking
Seorang PR harus selalu kritis dengan apapun yang dihadapinya.
- Creative
Dengan melalui tahapan-tahapan di atas, maka seorang PR harus mampu menjadi individu yang kreatif.
Itulah tahapan-tahapan yang haus dibangun seorang PR dari awal bahkan pada ketika mempelajari PR. Sikap/behavior yang empat di muka harus bisa dimiliki, karena PR profesional akan selalu berhubungan dengan begitu banyak audiens.
(Insight from: Muslim Basya, direktur LSPPRI)