Kompetensi Humas Pemerintah di Era Digital

Adalah robot humanoid perempuan berteknologi artificial intelligence yang pernah menjadi tren di dunia digital bernama Sofia yang pada suatu ketika si Sofia ini diundang dalam sebuah talk show.

Uniknya, dalam acara tersebut Sofia ini mengajak si Bos acara bermain hompimpa, paper – rock – scissor, dan hasilnya robot Sofia ini menang. Menariknya, pada saat si robot menang, dia bilang, “This is good beginning of my plan to dominate the human right,” atau terjemahan bebasnya adalah Ini adalah sebuah permulaan yang bagus dari rencana saya untuk mendominasi manusia. Tentu saja si Sofia itu berkata dalam konteks bercanda.

Sejenak bila kita renungkan, bercanda atau tidak, memang tidak menutup kemungkinan suatu ketika di masa depan nanti, teknologi AI yang diciptakan manusia akan mengalahkan sang penciptanya sendiri, yaitu manusia itu sendiri.

Ya, itu adalah sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan kepada kita, betapa teknologi digital saat ini berkembang dengan sangat luar biasa cepatnya dan juga luar biasa canggihnya. selain membawa perubahan yang bersifat disrupting yang mampu menggantikan segala sesuatu yang tradisional dan konvensional, juga membawa tren-tren baru yang sangat berpeluang menjadi era dan lansekap baru dari kehidupan manusia di masa datang.

Mengacu pada perkembangan komunikasi digital saat ini, disadari atau tidak kita telah berada di ambang era media sosial spasial yang ditandai dengan integrasi dunia maya dengan dunia nyata dalam bentuk metaverse sebagai next border atau perbatasan berikutnya yang melampaui dunia nyata yang kita tahu sekarang ini dengan dunia maya.

Konsep ini sudah dikenal di film-film science fiction sejak dua dekade lalu. Sebagian dari kita mungkin ingat serial Star Trek Next Generation dan terkagum dengan teknologi sebuah ruang di starship Enterprise bernama Holodeck yang bisa kita atur menjadi kisah apa saja dan ketika kita masuk ke dalam ruangan itu seakan kita terbawa dalam alam kisah yang terprogram tersebut. Bagaimana ketakutannya kita dikejar-kejar dinosaurus pemangsa, menghindar dari canon ball meriam bajak laut, menjadi penasihat utama Julius Caesar yang penuh intrik, bahkan berperan menjadi Sherlock Holmes berusaha memecahkan kasus-kasus rumit dan pelik dapat kita alami seolah bagai kenyataan.

Sekarang inilah gerbang di mana dunia maya ala Holodeck di Enterprise Starship sudah terbentang di hadapan kita semua dengan melalui teknologi metaverse. Teknologi ini tidak kita undang untuk hadir tetapi kita juga tidak bisa mengelak bahwasanya teknoloig tersebut pasti akan terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka, suatu ketika nanti kita akan berada di dalam ruangan seperti itu.

Dari sisi ekonomi digital, para ahli memprediksi bahwa pasar Metaverse di seluruh dunia ini memiliki potensi yang sangat besar. Triliunan dolar Amerika dan untuk Indonesia sendiri telah digadang-gadang menjadi pasar potensial, mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai sekitar 80 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 270-an juta lebih. Bahkan hingga awal 2022, jumlah pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai sekitar 212 juta orang. Artinya, fenomena tersebut merupakan potensi yang sangat besar dan bisa mendatangkan keuntungan bila dikelola dengan baik.

Di tengah perkembangan teknologi digital tersebut, tentu saja humas pemerintah harus memiliki kesiapan dan dapat mempersiapkan strategi dalam menghadapi tantangan transformasi komunikasi digital serta juga harus adaptif dengan tren teknologi terkini era digital, seperti Metaverse dan Blockchain.

Bahkan, khusus teknologi Metaverse, humas pemerintah ke depannya harus menjadikan teknologi ini sebagai wahana yang efektif dalam membangun brand dan reputasi institusi pemerintah di ranah digital dengan strategi pendekatan yang tentunya sangat berbeda dengan strategi yang telah dikembangkan selama ini.

Untuk menemukan dan menerapkan strategi komunikasi dalam pemanfaatan Metaverse tentunya dibutuhkan kreativitas visi dan adaptasi, karena khalayak yang disasar di masa depan juga selalu mengikuti tren, baik secara virtual maupun fisikal. Metaverse sebagai teknologi, dapat menjadi cermin dari perilaku target khalayak dalam mengikuti perkembangan yang terjadi.

Humas pemerintah perlu segera meningkatkan kapasitas SDM-nya agar segera bersiap dengan segala perubahan yang terjadi. Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, maka praktisi humas pemerintah harus selalu meng-upgrade dan mengasah kemampuannya setiap waktu. GPR profesional diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan konten digital dalam rangka meningkatkan exposure secara virtual sehingga muncul perubahan paradigma GPR dengan merevolusi cara-cara ber-story telling. Ya, ke depan nanti GPR profesional dituntut untuk menjadi seorang pendongeng yang dapat memberikan pengalaman lebih kepada khalayak.

Untuk mendukung hal tersebut, tentu saja pemerintah Indonesia melalui Kominfo telah membangun infrastruktur digital secara masif mulai dari fiber optic, jaringan hyperlink, satelit hingga BTS untuk bisa beradaptasi dan menggali potensi Metaverse dengan baik yang didukung dengan infrastruktur yang optimal dan kompetensi literasi masyarakat humas yang bukan hanya akan menjadi tren di dunia virtual dan media sosial melainkan juga memunculkan solusi-solusi baru atas permasalahan yang dihadapi oleh public relations Indonesia pada saat ini.

(Berbagai Sumber)

Government Public Relations Institute (GPR Institute) merupakan sebuah lembaga yang hadir untuk membantu profesi kehumasan (public relation) khususnya di ranah pemerintahan (Government Public Relation) dalam meningkatkan kualitas dan kompetensinya yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Services

About

Penggagas

Event

Resources

Artikel

Hubungi Kami

Contact

GPR Institute

Rukan Avenue Jl. Jkt Garden City Boulevard No.139, RT.11/RW.8, Cakung Tim., Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13910.

Telepon: (021) 4603766